TAHANAN / HAMBATAN LISTRIK
HAMBATAN atau lebih tepatnya disebut dengan Resistansi Listrik (Electrical Resistance) adalah kemampuan suatu bahan benda untuk menghambat atau mencegah aliran arus listrik. Seperti yang kita ketahui bahwa arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian listrik dalam tiap satuan waktu yang dikarenakan oleh adanya pergerakan elektron-elektron pada konduktor. Maka Resistansi Listrik yang biasanya dalam bahasa Indonesia disebut dengan Hambatan Listrik ini juga diartikan sebagai penghambat aliran elektron dalam konduktor tersebut.
Nilai Resistansi atau nilai hambatan dalam suatu rangkaian listrik diukur dengan satuan Ohm atau dilambangkan dengan simbol Omega “Ω”. Sedangkan prefix atau awalan SI (Standar Internasional) yang digunakan untuk menandakan kelipatan pada satuan resistansi tersebut adalah kilo Ohm, Mega Ohm dan Giga Ohm.
1 Giga Ohm = 1.000.000.000 Ohm (109 Ohm)
1 Mega Ohm = 1.000.000 Ohm (106 Ohm)
1 Kilo Ohm = 1.000 Ohm (103 Ohm)
1 Mega Ohm = 1.000.000 Ohm (106 Ohm)
1 Kilo Ohm = 1.000 Ohm (103 Ohm)
Pada dasarnya, setiap bahan penghantar atau konduktor memiliki sifat yang menghambat arus listrik, besaran hambatan listrik pada suatu penghantar atau konduktor dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
- Jenis bahan – contohnya Tembaga memiliki nilai resistansi yang lebih rendah dibandingkan dengan baja.
- Suhu – Nilai resistansi akan meningkat seiring dengan meningkatnya suhu pada penghantar.
- Panjang penghantar – Semakin panjang suatu penghantar, semakin tinggi pula nilai resistansinya.
- Luas penampang – Semakin kecil diameter suatu penghantar, semakin tinggi pula nilai resistansinya.
Komponen elektronik yang berfungsi sebagai penghambat arus listrik ini adalah Resistor. Resistor dalam suatu rangkaian elektronika dapat berfungsi untuk menghambat atau mengurangi aliran arus listrik dan sekaligus juga bertindak untuk menurunkan level tegangan listrik di dalam rangkaian. Baca juga : Pengertian Resistor dan Jenis-jenisnya.
Hubungan Hambatan LIstrik dengan Tegangan dan Arus Listrik
Hubungan antara Resistansi (Resistance) atau Hambatan Listrik dengan Tegangan (Voltage) dan Arus Listrik (Current) dapat dijelaskan dengan Hukum Ohm yang dikemukan oleh seorang fisikawan Jerman yang bernama Georg Simon Ohm (1789-1854) pada tahun 1825.
Berikut ini adalah persamaan Hukum Ohm :
V = I x R
atau
R = V / I
atau
I = V / R
Dimana :
V = Tegangan Listrik (Voltage), diukur dalam satuan Volt
I = Arus Listrik (Current), diukur dalam satuan Ampere
R = Hambatan Listrik atau Resistansi (Resistance), diukur dalam satuan Ohm
V = Tegangan Listrik (Voltage), diukur dalam satuan Volt
I = Arus Listrik (Current), diukur dalam satuan Ampere
R = Hambatan Listrik atau Resistansi (Resistance), diukur dalam satuan Ohm
Dari persamaan tersebut, dapat dijelaskan bahwa setiap 1 Ampere arus listrik yang mengalir melewati sebuah komponen dengan beda potensial atau tegangan sebesar 1 Volt, maka resistansi atau hambatan listrik pada komponen tersebut adalah 1 Ohm.
Jika suatu rangkaian yang diberikan tegangan 24V dan membutuhkan arus listrik sebesar 0,5A maka hambatan yang diperlukan adalah 48 Ohm.
R = V/I = 24/0,5
R = 48 Ohm.
R = 48 Ohm.
Hubungan Hambatan Listrik dengan Tegangan dan Arus Listrik ini juga dapat dianalogikan dengan sebuah tangki air yang berada pada ketinggian tertentu di atas tanah. Di dasar tangki tersebut terdapat sebuah pipa air yang digunakan untuk mengaliri air. Jumlah air pada tangki air dapat diibaratkan sebagai muatan listrik sedangkan tekanan di ujung selang mewakili tegangan listrik, aliran air mewakili aliran arus listrik dan ukuran diameter pipa air dapat dianggap sebagai resistansi.
Semakin banyak air di dalam tangki, semakin tinggi tekanan pada ujung selang air tersebut. Sebaliknya, seiring dengan berkurangnya air didalam dalam tangki, tekanan air pada ujung selang air tersebut juga akan berkurang. Jumlah air yang mengalir juga akan berkurang. Demikian juga semakin kecilnya diameter pipa air, semakin sedikit air yang dapat mengalir.
0 Komentar